Senin, 06 Mei 2013

Perempuan Dalam Mimpi [Episode 2]

Episode 1: http://www.bisikanbusuk.com/2013/05/perempuan-dalam-mimpi-episode-1.html



Aku berfikir kembali dalam benakku. Apakah dia, perempuan itu? Perempuan dalam mimpi-mimpiku? Aku terus diganggu oleh pikiran-pikiran itu hingga beberapa hari. Nyaris sepanjang hari dan malam, pikiran itu datang ke benakku. Kucoba bertanya ke temanku yang mengerti mimpi secara psikologis. Dia tentu saja menerima kuceritakan dan menjelaskan tentang apa yang terjadi. Hari dimana ia sedang senggang, kuajak dia ke kafe dimana aku melihat dan menghampiri perempuan yang ada di mimpiku.

“Jadi.” Aku berdeham. “Dari mimpi dulu, atau dari ketemu dulu?”

“Mimpi.”

Aku mencoba menjelaskan tentang mimpiku, dan perempuan itu. Sayangnya, ingatanku yang pendek tidak mendukungku. Tetapi, satu hal yang tidak bisa lepas dari pikiranku. Ciri-ciri perempuan misterius itu.

“Ada petunjuk, mungkin? Kau mengenal perempuan dengan ciri-ciri seperti itu?”

“Tidak, sayangnya.” Dia membetulkan kacamatanya. “Dan kapan kamu bertemu perempuan dalam mimpimu itu?”

“Minggu sore. Eh, berarti 5 hari yang lalu. Tetapi, aku tidak ingat jam berapa.”

Ia melipat tangannya . “Kamu ingin bertemu dengan perempuan ini lagi?”

“Kalau iya, kamu cemburu?”

“Tentu saja tidak.” Ia menjawab dengan cepat dan tegas. “Jadi, iya?”

“Ya.”

“Tanpa alasan?”

Aku terdiam sejenak. Iya, aku tidak memiliki alasan yang pasti untuk menghampiri perempuan itu lagi. Hati berbisik padaku, iya, kamu punya alasan. Mungkin perempuan itu memiliki kunci untuk masalahku. Mungkin perempuan itu adalah potongan puzzle yang hilang dari diriku. Logika menampar hatiku. Logika mengatakan yang sebaliknya. Bahwa aku tidak boleh kelihatan seperti penguntit yang psikopat, dan terjebak dalam masalah yang lebih rumit. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Aku pergi bersama ide hatiku.

“Ada alasan. Kamu pernah bilang bahwa mimpi tidak selamanya hanya bunga tidur, bukan?”

“Iya. Kadang mimpi memiliki arti. Kadang mimpi menyimpan memori. Baik, atau buruk.”

Déjà vu.

“Aku tahu. Aku yakin aku pernah mengatakan hal yang sama persis kepadamu.”

Kesunyian menelan percakapan kita untuk beberapa saat. Sampai temanku tersedak Coffee Latte yang dipesannya.

“Hei—eh, hei. Kamu tidak apa-apa?”

“Tidak. Aku baru ingat sesuatu. Berkaitan dengan mimpimu.”

Aku mengangguk pelan. “Katakanlah.”

“Perempuan itu kemungkinan besar pernah kamu jumpai, di suatu tem—“

“Iyakah?” Kataku dengan nada tinggi dan suara yang lumayan lantang—secara tidak sengaja, tentunya.

“Jangan sela!” Dia mengambil jeda. “Di suatu tempat, tetapi kamu tidak ingat, atau tidak peduli. Aku pernah membaca, bahwa setiap orang asing yang kamu jumpai di mimpi sebenarnya pernah kamu jumpai.”

Aku membisu sesaat. Membiarkan otakku mencerna apa yang dikatakan wanita yang duduk persis di depanku ini. Aku menarik napas perlahan, dan membuangnya perlahan. Tarik..

“Hei. Hei. Hei. Sepertinya aku menemukan apa yang kau cari.”

Apa? Apa yang sedang kucari?

“Lihat, perempuan yang keluar dari mimpimu. Kamu tidak peduli?”

Oh, Iya. “Dimana?” Kataku dengan nada yang senormal mungkin.

“Menuju smoking area. Sepertinya, sih. Lihatlah sendiri.”

Aku menengok kearah pintu keluar. Déjà vu, l’incident.


(P.S: Bersambung ke episode 3, kalo misalnya dipilih sama @benzbara_, yang mulai #FlashFictionBersambung dari blognya, sumber ep. 1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar